Kekerasan telah melanda Ekuador setelah presiden terpilih, Daniel Noboa, memulai kampanye tegasnya melawan geng narkoba di negara itu. Sejak Senin (8/1/2024), sang presiden berusia 36 tahun tersebut telah memimpin langkah-langkah pemberantasan yang melibatkan militer negara.
Situasi ini berkembang setelah pemimpin gembong narkoba terkenal Ekuador, Adolfo Machias, dari geng Los Colchoneros melarikan diri dari penjara akhir pekan lalu. Presiden Noboa segera mengumumkan keadaan darurat negara, memberikan wewenang kepada militer untuk menanggulangi para gangster narkoba.
Lebih dari 130 penjaga penjara dan staf di beberapa penjara disandera sebagai respons terhadap kebijakan tersebut. Gangster narkoba juga melancarkan serangan terhadap stasiun TV di Guayaquil, menyebabkan terbunuhnya penyanyi terkenal Ekuador, Diego Gallardo, yang berada di stasiun tersebut karena tertembak. Ledakan-ledakan juga dilaporkan terjadi di beberapa wilayah, menyebabkan kematian 10 orang.
Meskipun kekerasan ini menimbulkan kekhawatiran, Presiden Noboa tetap teguh dalam pendiriannya untuk memberantas gengster narkoba di Ekuador. “Pemerintah telah mengambil tindakan yang diperlukan pada beberapa tahun terakhir, di mana seorang pun tak berani melakukannya. Itu membutuhkan keberanian sebesar telur burung onta,” ujarnya, seperti yang dikutip dari France24.
Sebelum terpilih, Noboa menekankan militerisasi di perbatasan dan pelabuhan serta berkomitmen untuk membangun masyarakat tanpa impunitas, tanpa ketidakadilan, dan tanpa rasa tak aman. Setelah menjabat sebagai Presiden Ekuador, dia mengumumkan rencananya untuk membangun dua penjara berkeamanan maksimal guna menahan para kriminal berbahaya.
Noboa mendapat sorotan ketika memasuki debat pemilihan presiden dengan mengenakan baju antipeluru dan mengklaim menerima ancaman kematian. Perdebatan tersebut berlangsung dekat dengan pembunuhan kandidat presiden anti-suap dan anti-kartel, Fernando Villaviciencio. Kekerasan yang terjadi menjadi tantangan besar bagi pemerintahan baru, sementara Ekuador berusaha menanggapi ancaman narkoba yang semakin merajalela.