Jusuf Kalla Ungkap Potensi Aliansi Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud di Putaran Kedua Pilpres 2024

Bagikan

Dalam pengembangan politik terkini, Wakil Presiden Republik Indonesia ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla, mengungkapkan potensi terbentuknya aliansi antara pendukung pasangan Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar (Nomor Urut 01) dengan partai pendukung Ganjar Pranowo – Mahfud MD (Nomor Urut 03) jika Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 memasuki putaran kedua. Menurut JK, peluang tersebut terlihat dari dinamika politik yang sedang berkembang saat ini.

Kalla, yang juga merupakan Mantan Ketua Umum Partai Golkar, menjelaskan bahwa saat ini terdapat kecenderungan sulitnya para pemimpin partai pendukung Ganjar – Mahfud untuk bersatu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang saat ini cenderung mendukung pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka (Nomor Urut 02). Saat ini, Kalla telah menyatakan dukungan kepada pasangan Anies – Muhaimin.

Menurut Kalla, dalam situasi politik saat ini, peluang PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) mengarahkan dukungan ke kubu Nomor Urut 01 akan lebih terbuka jika pasangan Ganjar – Mahfud tidak lolos dalam putaran kedua. Hal serupa juga berlaku sebaliknya, dimana PDIP akan berusaha mendekati pihak Nomor Urut 01 jika Ganjar – Mahfud berhasil melaju ke putaran selanjutnya.

Jusuf Kalla menambahkan bahwa perhitungan ini diperkuat oleh kehadiran Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang bergabung dalam koalisi pendukung Prabowo-Gibran. Menurutnya, ketegangan antara SBY dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri masih mungkin ada sejak Pemilu 2004.

Pada saat itu, SBY menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan di Kabinet Gotong Royong yang dipimpin oleh Megawati dan maju sebagai kontestan Pilpres 2004. SBY yang berpasangan dengan JK berhasil mengalahkan pasangan Megawati – Hasyim Muzadi dengan perolehan suara 60,62% berbanding 39,38%.

“Ibu Mega sulit bergabung dengan Pak Jokowi lagi, dan ada Pak SBY juga di sana,” ujar JK dalam wawancara ‘Pergulatan Politik’ (Gultik) Katadata, dikutip pada Jumat (26/1).

Menyinggung putusan Mahkamah Konstitusi (MK) nomor 90 tentang batas usia calon presiden dan calon wakil presiden, Jusuf Kalla menyatakan sentimen yang berkembang atas keputusan kontroversial tersebut. Putusan tersebut memuluskan langkah Wali Kota Surakarta, Gibran Rakabuming Raka, untuk maju sebagai calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto.

“Tidak mungkin PDIP bergabung dengan Nomor 2, dengan Pak Jokowi. Karena merasa dikhianati dan itu sangat membekas. Tanpa cerita, saya tahu. Saya lama dengan Ibu Mega di pemerintahan,” ujar JK.

Kalla yakin bahwa Pilpres tahun ini akan berlangsung dalam dua putaran. Dia menilai masyarakat saat ini lebih peka terhadap sentimen yang memperlihatkan adanya dugaan praktik kecurangan pemilu di media sosial dan berita nasional.

“Dari hasil debat juga, masyarakat semakin logis. Pasangan calon Nomor 2 banyak mendapat dukungan dari pemerintah. Lalu ada tekanan kepada masyarakat. Secara wajar bisa terjadi dua putaran,” kata JK.

Sebelumnya, beberapa pakar politik telah mengindikasikan bahwa Pilpres 2024 akan berlangsung dalam dua putaran, merujuk pada temuan lembaga survei yang menunjukkan hasil simulasi suara tiga pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) tidak mencapai lebih dari 50%.

Survei Charta Politika pada 4-11 Januari 2024 menunjukkan tingkat elektabilitas Prabowo-Gibran sebesar 42,2%, sedangkan pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar berada di posisi kedua dengan 26,7%, dan pasangan Ganjar Prabowo-Mahfud MD berada di urutan ketiga dengan 28%. Sementara itu, masih ada 3,1% responden yang tidak menjawab.

Survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang dilakukan pada 10-11 Januari 2024 juga menempatkan pasangan Prabowo-Gibran sebagai kandidat capres cawapres dengan elektabilitas tertinggi, mencapai 47%. Pasangan Ganjar-Mahfud berada di angka 21,7%, dan Anies-Muhaimin berada di angka 23,2%. Survei tersebut juga menunjukkan bahwa 8% pemilih mengaku tidak menjawab atau tidak tahu.

Direktur Eksekutif LSI, Djayadi Hanan, mengatakan bahwa opsi bergabungnya kubu Nomor 01 dan 03 menjadi pilihan yang paling diinginkan oleh salah satu pihak yang lolos ke putaran kedua.

Menurut Djayadi, manuver tersebut merupakan satu-satunya cara untuk mengalahkan pasangan Prabowo-Gibran pada Pilpres 2024 yang hampir pasti akan lolos ke putaran berikutnya. “Kubu Nomor 01 atau 03 yang nantinya lolos ke putaran kedua tentu akan berusaha keras meminta pihak yang kalah untuk bergabung, karena tentu ada keinginan untuk menang Pilpres,” kata Djayadi saat dihubungi melalui telepon pada Selasa (23/1).

Meskipun demikian, peleburan antara elit partai politik pendukung kubu Nomor 01 dan 03 tidak secara otomatis dapat meningkatkan porsi suara rival Prabowo-Gibran di putaran kedua. Menurut Djayadi, hal ini disebabkan oleh faktor pemilih yang cenderung memiliki karakteristik yang berseberangan.

Dia menjelaskan bahwa basis pemilih pasangan Anies-Muhaimin beririsan dengan kelompok pemilih Prabowo pada Pilpres 2014 dan 2019. Sementara itu, para pemilih Ganjar-Mahfud juga bersinggungan dengan pemilih Jokowi dan PDIP pada dua pemilu sebelumnya. “Karakter pemilih dari Nomor 01 dan 03 ini dua kutub yang berseberangan jauh. Siapa yang bisa menyatukan itu? kubu yang di tengah, yakni Nomor 02,” ujar Djayadi.

Survei LSI yang berjudul ‘Elektabilitas, Pengaruh Debat, dan Migrasi Suara’ yang dirilis pada Ahad, 21 Januari, juga menampilkan simulasi terkait perpindahan dukungan pemilih bila Pilpres terjadi dalam dua putaran.

Simulasi pertama memproyeksikan jika putaran kedua dilanjutkan antara pertarungan Anies-Muhaimin dan Prabowo-Gibran. Basis pemilih Ganjar-Mahfud yang gugur pada putaran pertama akan pindah ke Prabowo-Gibran hingga 58%. Sementara itu, yang beralih ke Anies-Muhaimin hanya sekitar 16%, dan 26% responden belum menentukan pilihan.

Hitungan serupa juga terjadi pada simulasi kedua yang mengacu pada asumsi Ganjar-Mahfud dan Prabowo-Gibran sebagai dua pihak yang berlaga di putaran kedua. Jika hal itu terjadi, maka lebih banyak pendukung Anies-Muhaimin yang beralih ke Prabowo-Gibran dengan persentase 39,3%. Sementara itu, yang mengalihkan dukungan ke Ganjar-Mahfud ada sekitar 36,7%, dan 24% mengaku belum menentukan pilihan.

Hasil temuan ini berasal dari survei LSI yang dilakukan melalui telepon pada 10-11 Januari 2024 terhadap 1.206 responden berusia 17 tahun ke atas. Responden dipilih secara acak melalui metode double sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak dari kumpulan data hasil survei tatap muka yang dilakukan sebelumnya. Dengan asumsi simple random sampling, survei ini memiliki toleransi kesalahan sebesar 2,9% pada tingkat kepercayaan 95%.

Artikel terkait
Terkini
Follow us