Washington D.C. – Amerika Serikat bersama negara-negara Sekutu G-7 telah mengeluarkan peringatan keras kepada Iran pada Jumat (15/3/2024), terkait rencana Iran untuk menyediakan rudal balistik kepada Rusia dalam perang melawan Ukraina. Ancaman ini disampaikan dalam konteks kekhawatiran atas kemungkinan perpindahan teknologi senjata yang dapat memperkuat pihak Rusia di Ukraina.
Pemerintahan Biden, dalam beberapa bulan terakhir, telah secara konsisten memperingatkan tentang upaya Rusia untuk memperoleh rudal balistik jarak dekat dari Iran. Hal ini sejalan dengan tekanan yang semakin meningkat terhadap Rusia dalam konflik Ukraina, di mana persediaan senjata menjadi faktor krusial.
Meskipun belum ada kepastian mengenai perpindahan rudal-rudal tersebut dari Iran ke Rusia, komentar-komentar dari pejabat Iran telah menimbulkan kekhawatiran di pihak Amerika Serikat. Hal ini diungkapkan melalui laporan dari Associated Press pada Sabtu (16/3/2024).
Salah satu langkah yang sedang dipertimbangkan oleh negara-negara G-7 adalah memberlakukan larangan terbang ke Eropa bagi Iran Air, maskapai penerbangan nasional Iran. Ancaman ini, yang datang dari seorang pejabat senior pemerintahan Biden yang tidak bersedia disebutkan namanya, menegaskan bahwa langkah-langkah sanksi yang akan diambil dapat memiliki dampak signifikan.
Dalam sebuah pernyataan bersama, para pemimpin G-7 menegaskan kesiapan mereka untuk bertindak cepat dan terkoordinasi jika Iran terus memperkuat posisi Rusia melalui penyediaan rudal balistik atau teknologi terkait lainnya. Meskipun Misi Iran di PBB menyatakan bahwa secara hukum mereka tidak memiliki hambatan untuk menjual rudal balistik, mereka mengakui adanya kewajiban moral untuk tidak melakukannya selama konflik berlangsung.
AS dan Eropa telah mengenakan sanksi yang luas terhadap Iran sebelumnya, termasuk pembatasan perdagangan, layanan keuangan, energi, teknologi, dan sektor lainnya. Meskipun demikian, pemerintahan AS menegaskan bahwa mereka siap untuk merespons dengan langkah-langkah baru yang lebih tegas jika Iran terus melanggar perjanjian tersebut.
Pejabat intelijen AS telah menentukan bahwa kesepakatan antara Rusia dan Iran belum sepenuhnya tercapai, namun kekhawatiran akan kemungkinan terjadinya kesepakatan semakin memuncak. Situasi ini semakin diperparah oleh kunjungan Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, ke Iran pada bulan September, di mana Iran menampilkan sejumlah sistem rudal balistik kepada Shoigu.
Pemerintahan Biden telah secara konsisten memperingatkan bahwa Rusia bergantung pada Iran dan Korea Utara untuk memperoleh senjata yang mereka butuhkan dalam konflik mereka dengan Ukraina. Selain rudal balistik, Rusia juga dituduh menerima drone serang dari Iran, serta bahan-bahan untuk produksi drone dari Iran.
Dalam konferensi pers di Vienna, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menekankan bahwa pesan kepada Iran telah disampaikan dengan sangat jelas: mereka harus menghentikan upaya untuk memperkuat posisi Rusia dalam konflik Ukraina. Meskipun Iran awalnya membantah memberikan bantuan senjata kepada Rusia, mereka akhirnya mengakui telah menyediakan sejumlah kecil drone sebelum invasi Rusia ke Ukraina.
Peringatan keras dan ancaman sanksi yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat dan negara-negara G-7 menunjukkan ketegangan yang meningkat di kancah geopolitik global, di mana konflik Ukraina terus menjadi fokus perhatian dunia internasional.