Sebuah dokumen rahasia yang terungkap pada Rabu mengindikasikan bahwa Berlin telah mulai merancang rencana strategis untuk menghadapi potensi eskalasi konflik global. Rencana ini melibatkan pengerahan hingga 800.000 pasukan NATO, termasuk tentara Amerika Serikat, ke Ukraina jika ketegangan dengan Rusia mencapai tingkat kritis.
Dokumen yang dijuluki “Operasi Deutschland,” terdiri dari 1.000 halaman, memuat persiapan komprehensif Jerman untuk menghadapi kemungkinan skenario Perang Dunia III. Berdasarkan laporan Frankfurter Allgemeine Zeitung, dokumen tersebut mencakup daftar infrastruktur penting yang harus dilindungi, instruksi bagi sektor swasta dan masyarakat sipil untuk meningkatkan kesiapsiagaan, serta mekanisme untuk memobilisasi 200.000 kendaraan militer melintasi wilayah Jerman.
Selain itu, Jerman telah memberikan panduan kepada warganya untuk meningkatkan swasembada, seperti penggunaan generator diesel dan instalasi turbin angin, sebagai upaya menghadapi potensi situasi darurat.
Respon Jerman dan Eskalasi Rusia
Meningkatnya persiapan ini bertepatan dengan pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin yang secara resmi mengubah doktrin nuklir negaranya. Kebijakan baru ini memungkinkan Moskow menggunakan senjata nuklir untuk merespons serangan konvensional, yang oleh banyak pihak dianggap sebagai langkah yang memicu ketidakpastian global.
Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, menegaskan bahwa Jerman tidak akan terintimidasi oleh ancaman tersebut. “Putin mempermainkan ketakutan kita. Namun, Jerman kini berkomitmen untuk berinvestasi pada keamanan dan melindungi kedaulatannya,” kata Baerbock dalam pernyataannya.
Sementara itu, langkah besar lainnya datang dari Amerika Serikat, yang memberikan izin kepada Ukraina untuk melancarkan serangan rudal jarak jauh ke wilayah Rusia. Hal ini menjadi eskalasi signifikan yang mengakhiri “zona aman” Rusia di sekitar perbatasan Ukraina.
Persiapan Global untuk Konflik Besar
Tidak hanya Jerman, Swedia dan Norwegia juga telah mengambil langkah serupa dengan memberikan panduan kepada warganya tentang cara menghadapi potensi konflik yang meluas. Keputusan ini didorong oleh kekhawatiran bahwa perang di Ukraina dapat meluas ke kawasan lain di Eropa.
Di sisi lain, keterlibatan Korea Utara dengan mengirimkan ribuan tentara untuk membantu Rusia juga menambah kompleksitas situasi. Dengan kemungkinan mengirim lebih banyak pasukan, hubungan antara Rusia dan sekutu NATO semakin memanas.
Harapan untuk Resolusi Diplomatik
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky optimis bahwa dengan dukungan internasional, termasuk dari Amerika Serikat, konflik dapat segera berakhir. Zelensky menekankan pentingnya pendekatan “perdamaian melalui kekuatan” untuk mengakhiri agresi Rusia.
Ia juga mengungkapkan keyakinannya bahwa pemerintahan baru di Amerika Serikat, yang akan dipimpin oleh Presiden terpilih Donald Trump, dapat mempercepat resolusi konflik. “Saya percaya perang ini dapat diakhiri tahun depan melalui jalur diplomatik,” ujar Zelensky dalam wawancara dengan media lokal.
Namun, Zelensky memperingatkan bahwa jika bantuan militer dari Amerika Serikat terhenti, Ukraina akan menghadapi tantangan besar untuk mempertahankan kedaulatannya.
Dengan situasi yang terus berkembang, perhatian dunia kini tertuju pada langkah-langkah strategis yang akan diambil oleh negara-negara besar, baik untuk menjaga stabilitas maupun untuk mencegah eskalasi lebih lanjut.