Manila – Ketegangan politik di Filipina semakin memuncak setelah Sebastian Duterte, anak dari mantan Presiden Rodrigo Duterte, secara terbuka mendesak Presiden Ferdinand Marcos Jr untuk mengundurkan diri. Desakan ini terjadi dalam konteks meningkatnya ketegangan antara keluarga Duterte dan Ferdinand Marcos Jr, yang juga dikenal sebagai Bongbong Marcos.
Konflik antara kedua keluarga ini berawal dari aliansi politik yang terjalin antara mereka pada November 2021. Namun, keretakan mulai terjadi ketika Marcos Jr memutuskan untuk menempatkan Sara Duterte-Carpio sebagai Menteri Pendidikan, meskipun sebelumnya ia diharapkan menjadi Menteri Pertahanan.
Sebagai respons terhadap tindakan ini, Sebastian Duterte menyatakan kekecewaannya terhadap Marcos Jr, menyebutnya sebagai sosok yang malas dan tidak memiliki belas kasihan. Dia juga menyalahkan Marcos Jr atas kebijakan yang dianggap membahayakan warga Filipina, termasuk keputusannya untuk memperluas akses pangkalan militer AS di Filipina.
Dalam konteks politik internal, Duterte menuding Marcos Jr telah menyimpang dari kebijakan anti-narkoba dan kebijakan luar negeri yang diusung oleh pemerintahan sebelumnya. Dia juga menentang keputusan Marcos Jr untuk memulai kembali perundingan perdamaian dengan pemberontak komunis.
Ketegangan semakin memuncak ketika Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengumumkan penyelidikan terhadap Duterte atas tuduhan pelanggaran HAM terkait gerakan anti-narkoba yang dilakukannya. Dalam konteks ini, Duterte menyerang Marcos Jr dengan tuduhan penggunaan narkoba, yang dibantah tegas oleh pihak Marcos Jr.
Konflik antara kedua keluarga ini semakin memanas dengan saling lempar tuduhan dan serangan verbal di media dan forum politik. Sementara itu, masyarakat Filipina terus memperhatikan perkembangan situasi politik yang semakin tidak stabil ini.