JAKARTA – Deputi Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN), Myrna Safitri, mengungkapkan bahwa penyusutan luas hutan alam di IKN, yang terlihat melalui pemantauan satelit NASA, telah terjadi selama beberapa dekade terakhir.
Menurut Myrna, penyebab utama penyusutan tersebut adalah konversi hutan alam untuk berbagai peruntukan, seperti hutan tanaman monokultur, perkebunan sawit, tambang, transmigrasi, dan faktor lainnya. Hal ini disampaikan Myrna melalui pesan tertulis kepada Tempo pada Selasa, 5 Maret 2024.
Myrna menjelaskan bahwa wilayah pembangunan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) di IKN sebelumnya merupakan areal hutan tanaman eukaliptus. “Area tersebut secara periodik ditebang karena masuk dalam daur panen, sekitar setiap 6 tahun,” ungkapnya.
Dalam pembangunan KIPP, Myrna menegaskan bahwa penebangan dilakukan secara selektif sesuai kebutuhan, dan areal yang telah ditebang akan mendapatkan penanaman kembali. “Areal lain yang belum ditebang akan diisi dengan penanaman jenis-jenis tanaman endemik,” tambahnya.
Myrna menyatakan bahwa upaya reforestasi dan rehabilitasi hutan dilakukan di area bekas tebang, serta pada area yang mengalami degradasi dan kritis. Sejalan dengan konsep pembangunan IKN sebagai kota hutan, Myrna menegaskan bahwa 65 persen wilayah IKN akan dilindungi dan mengalami transformasi untuk mendekati struktur hutan tropis.
“Area yang akan dibangun hanya mencakup 25 persen dari total wilayah IKN, dan 10 persen lainnya akan dijadikan untuk kebutuhan pangan,” tambah Myrna.
Sebelumnya, satelit NASA merekam kondisi terbaru kawasan hutan Kalimantan pada Februari 2024 dan membandingkannya dengan kondisi pada April 2022. Pemantauan tersebut mengungkapkan penyusutan luas hutan, yang sejalan dengan upaya pembangunan IKN sebagai ibu kota baru Indonesia. NASA menyatakan bahwa meskipun perubahan signifikan terjadi, konstruksi IKN direncanakan selesai pada tahun 2045.