Konflik berdarah yang pernah melanda Ambon dan Maluku di penghujung abad ke-20 meninggalkan jejak trauma yang mendalam, namun juga menyimpan kisah transformasi yang luar biasa. Buku ini mengajak pembaca menelusuri bagaimana masyarakat yang terkoyak oleh kekerasan berhasil menenun kembali jalinan sosial yang tercerai-berai.
Melalui pendekatan multidisipliner, Arsitektur Perdamaian membedah strategi rekonsiliasi berbasis kearifan lokal, peran tokoh agama dan adat, serta kontribusi masyarakat sipil dan pemerintah dalam membangun perdamaian yang kokoh dan berkelanjutan. Buku ini bukan hanya dokumentasi sejarah damai, tetapi juga peta jalan yang relevan untuk kawasan lain yang rentan terhadap konflik.
Dari Ambon-Maluku, kita belajar bahwa perdamaian bukan sekadar absennya kekerasan, melainkan hasil dari desain sosial yang melibatkan keadilan, partisipasi, dan empati. Sebuah bacaan penting bagi akademisi, pegiat perdamaian, dan siapa pun yang percaya bahwa harmoni bisa dibangun di atas puing-puing perpecahan.
