Buku ini mencatat pengalaman penulis dalam melaksanakan tugas periode 2004-2009 di DPRD Propinsi Bali, banyak fenomena yang menjadi konsentrasi, khususnya bagi masyarakat minoritas Muslim di propinsi Bali, setelah fenomena bom Bali, kewajiban adanya perwakilan perempuan dalam parlemen, kondisi masyarakat Bali pada saat itu, dan pendidikan bagi masyarakat untuk memilih wakil rakyat yang memperjuangkan kepentingan-kepentingan rakyat di balik ruang-ruang parlemen.
Keberadaan penulis yang tidak terlalu diharapkan di lembaga legislatif Bali. Di lingkungan partainya masih ada anggapan bahwa kehadiran seorang perempuan di DPRD Bali lebih banyak mengundang mudharat (keburukan) ketimbang maslahat (kebaikan). Penulis sendiri tashdiq (membenarkan) pikiran seperti itu. Baginya, lelaki masih lebih pantas menduduki kursi yang dihuninya sekarang. Penulis masih bersikeras enggan berjabat tangan dengan lawan jenis dalam kondisi apa pun.
Lalu bagaimana penulis sebagai seseorang Muslimah bisa tetap menjadi “muslimah” dan menjaga pergaulan di antara hiu dan lumba-lumba. Buku ini menarik untuk dibaca!.
