Potensi Krisis Keuangan Hong Kong: Dampak Jatuhnya Indeks Hang Seng dan Perlambatan Ekonomi China

Bagikan

Hong Kong menghadapi ancaman krisis keuangan yang mengingatkan pada masa krisis tahun 1998. Jatuhnya indeks Hang Seng telah menciptakan ketidakpastian di pasar keuangan, meningkatkan risiko bagi bankir dan investor di wilayah tersebut. Kejadian ini membawa ingatan pada dekade 1990-an ketika Cina menjadi penyebab utama keruntuhan ekonomi Hong Kong.

Paralel dengan masa lalu, kondisi ekonomi China yang kembali mengalami perlambatan saat ini menjadi pemicu kekhawatiran. Indeks Hang Seng merosot lebih dari 10%, menjadikannya salah satu indeks utama global dengan kinerja terburuk. Situasi ini memberikan dampak signifikan pada pasar keuangan Hong Kong, yang dikenal sebagai pintu masuk penting bagi Cina.

Dalam upaya untuk menstabilkan pasar, otoritas Cina berencana mengguyur 2 triliun yuan atau sekitar US$ 27 miliar. Meskipun upaya ini telah diumumkan, kinerja Hang Seng belum menunjukkan perbaikan yang signifikan. Menurut laporan Bloomberg, indeks pasar saham tersebut hanya naik 2,6% pada Selasa (23/1), mencerminkan ketidakpastian yang masih menghantui pelaku pasar.

Para investor dan analis lebih dari sekadar menyalahkan faktor teknikal atau likuiditas emiten. Mereka juga mengkhawatirkan faktor lain yang dapat menyebabkan ekuitas yang tercatat di bursa saham mengalami penurunan signifikan. Kekhawatiran tersebut terutama terkait dengan utang yang melibatkan Cina.

Perusahaan multinasional BlackRock Inc, asal Amerika Serikat, misalnya, berencana menjual kompleks perkantoran di Shanghai dengan diskon 30% dari harga pembelian pada 2018. Pembeli aset ekuitas swasta di pasar sekunder juga menuntut diskon besar-besaran, mencapai 30% hingga 60%, yang dianggap lebih tinggi dibandingkan dengan praktik di AS dan Eropa.

Ketidakpastian semakin diperburuk oleh utang yang terus menggunung di Cina, dengan risiko krisis sektor properti yang menjadi sorotan utama. Kondisi ini muncul dari tingginya leverage dalam pembiayaan properti dan pinjaman pemerintah daerah. Pada November 2023, utang sektor non-keuangan Cina mencapai 294% dari produk domestik bruto (PDB), menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dekade sebelumnya.

Hong Kong kini harus menghadapi tantangan serius dalam menavigasi ketidakpastian ekonomi yang dipicu oleh faktor internal dan eksternal. Masyarakat keuangan global dengan cermat memonitor perkembangan ini sambil menunggu tindakan lebih lanjut dari otoritas dan pelaku pasar terkait.

Artikel terkait
Terkini
Follow us